Thursday, September 13, 2007

(Friday Reflection) Ikan Piranha

Konon ada seorang pria yang baru saja pulang berlibur ke Brazil. Sebagai oleh-oleh pria itu membawa sekelompok ikan piranha untuk
dipiaranya. Setibanya di rumah pria tersebut menyimpan ikan tersebut di sebuah akuarium bersekat. Piranha di taruh di ruang pertama
dan ikan lokal di ruang lainnya.

Melihat ikan lokal yang kecil-kecil, timbul naluri Piranha untuk memburu ikan lokal tersebut. Dengan penuh semangat Piranha
meluncurkan serangan. Tapi sayang, Piranha tidak menyadari bahwa ada sekat kaca diantara mereka berdua. Piranha tak gentar. Kembali
dia melakukan serangan, terus...terus...terus dan terus, sampai akhirnya moncong Piranha penyok.

Suatu hari sekat akuarium di buka oleh si empunya. Reaksi Piranha ternyata biasa saja. Piranha tidak coba mendekati apalagi
menyerang untuk mendapatkan ikan lokal itu. Piranha telah kehilangan naluri dan semangat memburu.

Cerita diatas adalah cerminan apa yang sering kita lakukan dalam kehidupan. Pengalaman buruk dimasa lampau kerap menjadi kendala
untuk tumbuh dan berkembang. Kekecewaan, kegagalan atau trauma membuat kita kapok dan tidak berani berinisiatif, kehilangan percaya
diri dan semangat juang.
Karena akibatnya yang mendalam, banyak orang kehilangan naluri alaminya dan daya hidupnya melemah.

Kini setelah kaca pembatas sudah terangkat namun pengalaman buruk yang dulu masih menjadi gembok imajiner yang membelenggu.
Pengalaman buruk janganlah menjadi pengungkung yang mematikan inisiatif, kreatifitas, keberanian dan daya juang. Seberapa pahit masa
lalu yang telah membuat kepahitan dalam hidup, marilah disadari sebagai pengalaman masa lampau. Bijaklah oleh karenanya. Tetapi
tetaplah fokus dan bersemangat kedepannya. Berusaha dan yakinlah jika kita selalu waspada, sadar dan bersahabat dengan lingkungan.
Mau menggunakan kecerdikan dan kecerdasan maka kita bisa hidup dengan sepenuhnya. Sehingga semua itu menjadi kepribadian asli kita.

Jika kita berada dalam keputusasaan. Berusaha, ingatlah masa kecil kita yang selalu mau bereksplorasi walau apapun yang terjadi.
Kita bisa dengan santai bermain air dan lumpur, memegang moncong anjing tanpa rasa takut, membalikan kasur dengan perkasa, bahkan
ketika kita jatuh bangun karena belajar naik sepeda, kita tidak pantang menyerah. Semua itu penting. Karena itu menjadikan kita
sebagai manusia unik dan otentik. Hal ini sesuai dengan etos kerja pertama dimana "kerja adalah Rahmat". Dimana etos ini mengajarkan
kita bahwa hidup ini adalah berkah, termasuk semua pengalaman hidup kita. Sesudah pengalaman yang kita alami (pahit atau manis) maka
akan muncullah anugerah terindah yang bisa kita nikmati.

Source : Jansen Hulman Sinamo

No comments:

Post a Comment